Penasaran dengan pengalaman beliau? yukk..kita simak sama-sama..😉
****
Berdasarkan pengalaman kami bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa. Kami terbiasa untuk mengajak para guru-guru yang mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya. Di tengah keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki tantangan sendiri buat para guru-guru di sana.
Terkait dengan percetakan, alhamdulillah semua dibiayai oleh donasi zakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa.
beberapa kendala yang kami hadapi :
1. Gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda di daerah.
2. Penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office
3. Listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.
4. Ejaan yang (belum) disempurnakan
Nah bagaimana cara kami mengatasi kendala ini?
Salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif.
Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih satu tahun. Tentu ini bukan tugas yang mudah. Butuh kesabaran dari para relawan.
Dompet Dhuafa sendiri dibangun oleh para jurnalis senior Republika di era-era awal. Sehingga setiap program yang kami kerjakan buat pemberdayaan guru di daerah harus memiliki produk buku atau tulisan. Ada beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang biasa kita berikan kepada guru-guru di pelosok.
Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya. Berikut contoh-contohnya.
Nah buku ini adalah kumpulan tulisan dari para guru terkait dengan inovasi pembelajaran yang telah mereka hasilkan, baik dalam bentuk inovasi metode ataupun media. Ini murni diangkat dari pengalaman-pengalaman mereka.
Kalau ini kurang lebih mirip dengan buku yang di atas.

Buku-buku ini tidak diperjual belikan. Namun akan dibagikan secara gratis buat guru-guru di daerah lain yang membutuhkan.
Ahamdulillah buku-buku ini dapat memberi manfaat dan masukan bagi inovasi pembelajaran di daerah lain.
Kami juga punya genre buku-buku yang lain. Sifatnya adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru di daerah pelosok.
Dua buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri.
Ada yang di kepulauan
Ada yang di hutan dan pegunungan
Dan ada yang di pelosok kampung
Pernah ada guru muda kami yang meninggal dalam tugas di penempatan.
Dan saat sebelum meninggal, beliau sempat menulis pada buku di atas (warna coklat).
Akhirnya nama beliau kami abadikan menjadi nama sebuah penghargaan bagi guru-guru terbaik SGI.
Hampir semua buku-buku yang kami terbitkan adalah antologi, nulis bareng-bareng. Nah bagaimana cara mengajarkan guru-guru kami menulis?
Kami punya cara yang unik.Yakni dengan menulis "Jurnal Perjalanan Guru".Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI.
Setiap malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama si siang hari. Modelnya bisa macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang membahas suatu teori kependidikan dan kepemimpinan.
Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal tasi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi.Jadi ini bisa jadi semacam refleksi dan evaluasi.Melalui jurnal ini, kita pun para pengelola dan dosen jadi tahu tentang perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka.
Jika ada perasaan hati yang negatif, kita bisa langsung coaching atau konseling. Saya pribadi tidak banyak menulis buku, tapi lebih senang menulis artikel atau naskah akademik buat pengembangan program pendidikan di Dompet Dhuafa.
Ada yang rindu keluarga, ada yang sakit hati... macam-macam ceritanya. Kebiasaan menulis jurnal harian ini, Guru jadi terlatih buat menulis.Namun ini tentu tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca.Kalau gak banyak baca, ya gak bakal banyak menulis.
Ini melatih kepekaan literasi mereka.Makanya kita adal bedah buku rutin. Ada yang harian, ada yang pekanan.Dalam proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi kita ada apel.
Nah,
Yang bertugas sebagai pembina apel (bergantian), dialah yang akan memberi kajian bedah buku. Gak harus yang berat-berat, novel pun bisa. Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi".
Yakni memberi motivasi secara bergantian, dengan menggunakan kata-kata yang dinukil dari para tokoh.
Ini efektif juga buat meningkatkan kepekaan literasi buat para guru.Kami sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri. Saya akan tambahkan tentang beberapa contoh buku lain yang pernah diterbitkan.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan tentang cara-cara pengelolaan sekolah secara efektif dan efisien.
Kebetulan saya juga konsultan sekolah di Dompet Dhuafa.
Rencana awalnya ini mau kita susun menjadi semacam kamus atau ensiklopedi pengelolaan sekolah.
***
Wah...luar biasa ya pengalamannya Bapak Agung yang sudah banyak menulis buku dan terlibat dalam penerbitan buku-buku yang ditulis bersama guru-guru hebat Indonesia. Apa-apa saja sih program dari company SGI? ini salah satu pertanyaan dari Jeferson Siahaan, Bandung Jawa Barat. "Kita punya beberapa program, salah satunya adalah School of Master Teachers atau SMT.Saat ini tengah diselenggarakan di NTB, Sulsel, Sulbar, dan Sulteng.Lama programnya adalah 3 hingga 4 bulan.Tugas akhirnya adalah membuat PTK", Jawaban dari Bapak Agung sekilas tentang profil nya Company SGI.
Beliau menuturkan untuk seorang guru itu wajib bisa menulis tapi tidak harus dalam bentuk buku, bisa PTK, Jurnal Penelitian, Cerpen atau Puisi, modul, LKS, atau mungkin Kumpulan Bank Soal.Guru wajib literat, bahkan multiliterat, apapun bentuk tulisannya.Sepanjang pengalaman kami, berbisnis jualan buku inspirasi guru ini masih minim peminat. Kecuali dalam bentuk semifiksi alias novel.
Saran saya, untuk para guru yang senang menulis buku seperti ini, sebaiknya model marketingnya adalah lewat jaringan komunitas. Ini lebih mudah dijual.Sebagai misal, kalau di SGI, kita memfasilitasi penjualan buku-buku para member untuk ditawarkan kepada sesama member. Ditawarkan pake pre-order dulu, bukan ready stock. Jadi pencetakan disesuaikan dengan pesanan. Kalau buku-buku yang diterbitkan oleh Dompet Dhuafa sendiri biasanya dibagikan (gratis) buat para guru2 lain.Jadi gampang laku, karena gratis 😁
Dari pengalaman yang sudah beliau tuturkan apa sih yang menjadi simpulan yang beliau sampaikan untuk kita...yuk kita cek sama"...
***
1. Saya pribadi merasa bahwa merangkai kata dalam bentuk tulisan ini bukan pekerjaan mudah. Kita mesti bersabar. Kalau mau lancar harus banyak membaca dulu.
2. Cobalah menulis dengan apa yang sering kita pikirkan, kita lakukan, dan yang sering kita katakan. Buat mencari ide, butuh teman diskusi, butuh temen nongkrong setia, butuh komunitas.
3. Menulis ini melatih ketajaman pikiran dan memperhalus budi pekerti. Maka menulislah, maka engkau "ada".
Oh My God...Pak Agung, motivasinya luar biasa, semoga saya dan para pembaca tulisan di blog ini dapat meneruskan semangat menulis untuk mengukir sejarah sepanjang perjalanan hidup kami ya pak...😇
Salam Sukses...belajar bersama, maju bersama....👏👏👏👏
Siap maju bersama kita bisa!!!
BalasHapusamin bu...semangatttt
Hapuskerennnn bgt
BalasHapustrimkasih ibu ...
Hapuskerennnn bgt
BalasHapusKeren Bun...
BalasHapustrimkasih bunda....
HapusBagus keren pula
BalasHapustrimkasih ibu...
HapusMantul bnget ibu...
BalasHapustrimkasih ibu...
HapusMantap dan rapi 👍👍
BalasHapustrmkasih kakk....
BalasHapusKita hebat kakak
BalasHapussemangattt terusssss
HapusKeren lanjutkan
BalasHapussiappppp bu....
HapusSemangat..sip
BalasHapussiappp bu....semangat trus kita bu
HapusWow, blog Bu Fit kerennn. Hijaunya sy suka
BalasHapustrimkasih ibu....
HapusBermakna sekali tulisan ini, luar biasa.
BalasHapustrimkasih ibu...
HapusRenyah banget, senang bacanya .
BalasHapustrimksih ibu...
Hapus